Jumat, 09 November 2012

DANAU SIPIN JAMBI, FENOMENA OXBOW LAKE



Ketika sedang santai menikmati Malam Sabtu (malam favorit bagi mahasiswa geologi) sambil disuguhkan pertarungan seru dari ring tinju antara Chris John berhadapan dengan petinju asal Thailand (saya lupa namanya) tanpa sengaja melintas di pikiran saya lirik lagu rakyat dari Jambi. Ya dari Jambi, Kota kelahiran saya dan kota tempat saya dibesarkan.

Dari danau sampai muaro
Kau bagai nago dari selatan
bentuk mu indah arus mu tenang
kau telusuri kota jambi

Berapo zaman telah kau lewati
prasasti Kerajaan Melayu
sampai kini sampai kini
kau tetap akan abadi

Batanghari, oh Batanghari
kau kebanggaan, kau kebanggaan
dari Negeri Jambi.

Lagu tersebut menceritakan tentang kehebatan Sungai Batanghari yang sebagian besar berada di wilayah provinsi Jambi. Sungai Batanghari merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Sumatera yang telah memberikan banyak manfaat dari zaman kerajaan hingga kini. Pada bait akhirnya menegaskan kebanggan masyarakat jambi memiliki Sungai Batanghari. Namun yang saya tekankan justru kata kedua dari lagu ini "danau". Tak ayal tempat tinggal di Jambi terletak hanya sekitar 3 km dari sebuah danau di Kota Jambi, Danau Sipin yang tak bisa lepas dari keberadaan Sungai Batanghari.

Danau Sipin ini terletak di pinggiran Kota Jambi, Simpang Buluran Kenali - Legok, Telanaipura, Kota Jambi. Tepatnya berada sekitar 200 m di samping Fakultas Kedokteran Unja. Dalam dunia geologi, danau ini disebut danau tapal kuda (oxbow lake) yang tak bisa lepas dari keberadaan Sungai Batanghari yang memiliki pola berkelok-kelok (meander). Kelokan-kelokan sungai ini, menunjukkan stadia tua pada sungai.


Sungai Batanghari dilihat dari citra google earth

Seperti kita lihat pada gambar diatas, Sungai Batanghari ini tergolong sungai yang berkelok. Sungai berkelok ini berkembang di daerah datar(landai) dengan kecepatan aliran yang konstan dan mengerosi secara lateral. Sesuai dengan lirik lagu tadi "arusmu tenang" yang berarti memiliki kecepatan aliran yang konstan, memang luar biasa nih lagu. Kelokan pada sungai semakin lama akan semakin berkelok karena arus akan mengerosi bagian kelok luar dan arus akan mengendapkan endapannya pada bagian kelok dalam.


Mekanisme erosi dan pengendapan arus ; Husein, Salahuddin 2010


Sungai akan semakin berkelok yang menyebabkan sungai bertambah panjang. Sifat air pasti akan mengambil jalan yang paling cepat untuk dilalui sehingga sungai akan meninggalkan potongan-potongan dan menyebabkan terjadinya danau tapal kuda(oxbow lake). Dalam kasus Sungai Batanghari ini, Danau Sipin adalah hasil dari kelokan sehingga disebut oxbow lake. Gambar berikut akan menjelaskan proses terbentuknya Danau Sipin yang merupakan oxbow lake.

Pembentukan Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake) ; Husein, Salahuddin ; 2010

Danau Sipin yang merupakan oxbow lake menyimpan berbagai potensi, baik itu potensi negatif maupun potensi positif. Salah satu potensi negatif Danau Sipin adalah seringnya terjadi banjir di sekitar daerah ini pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan lokasi Danau Sipin yang terletak pada daerah dataran banjir. Daerah sekitar Danau sipin ini akan berpotensi terkena banjir pada saat air sungai meluap bisa dikarenakan hujan sehingga sungai  melimpahkan volumenya ke daerah sekitar. Makan tidak heran apabila pada musim hujan Danau Sipin sering terkena banjir.

Selain berpotensi negatif, Danau Tapal Kuda satu ini juga memiliki berbagai potensi positif. Danau Sipin menyimpan pasokan ikan sungai yang cukup banyak sebagai bahan makanan masyarakat sekitar. Selain itu daerah sekitar danau, yang merupakan daerah dataran banjir, juga memiliki tanah yang subur. Hal ini dikarenakan daerah dataran banjir didominasi oleh endapan sungai berukuran halus (lanau hingga lempung) sehingga sangat cocok sebagai wilayah bercocok tanam. Potensi positif berikutnya ini sedang santer dikembangkan pemerintah yakni dijadikan wilayah wisata. Wajar saja, Danau Sipin memiliki panorama alam yang cukup indah. Vegetasi tumbuh subur di daerah ini. Bukan tidak mungkin suatu saat  tempat-tempat tongkrongan seperti kafe di sekitar Sipin Oxbow Lake akan tumbuh menjamur.


Kenampakan Sipin Oxbow Lake dari citra foto udara, http://www.liburantop.com/s3cdn/2010/08/sungai-batanghari-jambi1.jpg




Potensi Ikan yang cukup tinggi dari Danau Sipin, http://jalan2.com/city/jambi/danau-sipin/





Keindahan panorama alam di Danau Sipin, http://jalan2.com/city/jambi/danau-sipin/


Batanghari, oh Batanghari
kau kebanggaan, kau kebanggaan
dari Negeri Jambi



Mengingat beberapa bait dari lirik lagu tadi saja, kita telah memperoleh informasi mengenai Fenomena Danau Sipin yang merupakan oxbow lake. Masih banyak fenomena alam di Tanah Jambi yang menunggu untuk dijelaskan secara ilmiah bukan hanya secara dongeng. Keep Struggle.



DAFTAR PUSTAKA :
Husein, Salahuddin. 2010. Proses Eksogenik ; Erosi dan Sedimentasi. Yogyakarta ; Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Hal 12-15
http://jalan2.com/city/jambi/danau-sipin/    diakses pada 10/10/2012 pukul 00.17
http://id.wikipedia.org/wiki/Batang_Hari    diakses pada 9/10/2012 pukul 23.15

GEOLOGI REGIONAL GUNUNG MERAPI



            Gunung Merapi merupakan gunung api yang paling aktif di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, ketinggiannya saat ini sekitar 2900-an meter di atas permukaan air laut. Pada deretan gunung api yang terletak di tengah pulau jawa, Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang terletak paling selatan diantara deretan Gunung Api Ungaran, Telomoyo-Soropati, Merbabu, dan Merapi yang membujur relatif dari utara-selatan. Menurut Van Bemmelen, 1970, rangkaian gunung api tersebut terletak pada suatu sesar geser yang besar.
            Gunung Merapi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Merapi Tua dan Merapi  Muda. Kedua gunung merapi tersebut dapat dibedakan morfologi dan lithologinya, karena masa pembentukannya berbeda.Gunung Merapi Tua telah aktif semenjak akhir dari Pleistosen Akhir, sedangkan Merapi Muda aktif semenjak tahun 1006.Untuk litologi Merapi Muda cenderung bersifat intermediet, sedangkan litologi Merapi Tua lebih cenderung bersifat basa. Untuk morfologinya, Merapi Muda yang terletak di sebelah barat, memiliki pola kontur radial yang menunjukkan gunungapi stadia muda, belum menunjukkan erosi lanjut, sedangkan untuk Merapi Tua tampak memiliki pola kontur yang menunjukkan stadia dewasa, terlihat dari banyaknya proses erosi yang terjadi dan terpotong oleh sesar. Sehingga Van Bemmelen (1970) dapat menyimpulkan bahwa tubuh Merapi Tua terpotong-potong oleh sesar-sesar turun yang mengarah ke barat, yang kemudian tertutup oleh Merapi Muda pada hanging wall-nya.Hal ini terkait dengan pembentukan Perbukitan Gendol.Karena puncak Gunung Merapi pada bagian utara dan timur dikelilingi oleh formasi Merapi Tua maka mulut kubah terbuka ke arah barat daya, hal ini menyebabkan kegiatan erupsi Gunung Merapi menuju ke arah barat daya.
            Berdasarkan kelerengannya, Gunung Merapi dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu :
1.      Satuan morfologi daerah puncak Gunung Merapi.
a.       Tinggi dari puncak sampai sekitar 2000 m dpl,
b.      Terjal,
c.       Pola pengaliran radial.
2.      Satuan morfologi daerah lereng atas.
a.       Ketinggian antara 2000 m – 1200 m.
b.      Kemiringan melandai ke barat dan selatan (curam – sedang),
c.       Pola pengaliran subparallel.
3.      Satuan morfologi daerah lereng tengah.
a.       Ketinggian 1200 m – 600 m,
b.      Kemiringan sedang,
c.       Pola pengaliran parallel.
4.     Satuan morfologi daerah lereng bawah.
a.       Ketinggian 600-400 m,
b.      Kemiringan landai,
c.       Sungai berperan sebagai jalur material hasil letusan.

Struktur Geologi Gunung Merapi

Gunung Merapi terletak pada dua jalur sesar regional sesar yang memisahkan Jawa Timur dan Jawa Tengah dan sesar yang membentuk batasan antar Bukit Kendeng bagian barat dan subzona antara Ngawi dan Gumo.
Struktur yang terjadi salah satunya adalah lipatan. Lipatan tersebut adalah hasil longsoran deposit Merapi dan dome yang timbul pada Pegunungan Kulon Progo bagian barat.
Kenampakan struktur antiklin antara Salam dan Muntilan membentuk sistem yang terbentuk seperti parabola terbalik yang patahsepanjang Gunung Merapi Tua. Arah dip rata-rata pada Gunung Gendol hampir sama dengan dip yang ada pada sistem yang terjadi pada antiklin antara Salam dan Muntilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa deposit dari aliran lahar yang termasuk ke dalam Gunung Gendol telah terlipat dan menggumpal.
Patahnya Gunung Merapi Muda kemungkinan disebabkan oleh adanya pergerakan tektonik sepanjang sesar geser besar yang terbentang pada barisan Gunung Ungaran-Merapi sampai perbatasan lembah Progo bagian barat daya yang mengalami penurunan secara perlahan. Hal tersebut menyebabkan bagian barat Gunungapi turun ke arah daerah penurunan tersebut (Van Bemmelen, 1970).

Pandangan Van Bemmelen (1970) Mengenai Perbukitan Gendol

Perbukitan ini terletak ± 17,5 Km dari kaki Gunung Merapi bagian barat. Tepatnya di antara Salam dan Muntilan.Pada perbukitan ini terdapat bukit yang paling tinggi, yaitu Bukit Gendol yang tingginya mencapai 452 meter di atas permukaan laut.Litologi penyusun perbukitan ini adalah breksi laharik yang komposisinya sama dengan produk Merapi tua. Batuan pada bukit ini terlipat yang membentuk antiklonorium (rangkaian antiklin kecil di dalam antiklin yang besar) yang melengkung konkav kearah barat. Menurut Van Bemmelen, pembentukan antiklinorium ini erat kaitannya dengan terjadinya pensesaran Gunung Merapi tua yang mengakibatkanblok barat gunung Merapi Tua turun dan blok yang turun tersebut meluncur dan membentur kaki bagian utara Pegunungan Menoreh yang akhirnya membentuk antiklinorium Gendol.

Pandangan Rovicky Mengenai Perbukitan Gendol

Bukit gendol terbentuk dari endapan erupsi gunung merapi (diduga cinder cone).Pada pertumbuhan gunung merapi, gunung merapi mengalami rekahan yang berlangsung cukup lambat.Karena intrusi magma yang berkelanjutan maka terjadilah beberapa patahan yang mengarah ke barat, patahan ini mendorong(mengkompresi) bukit gendol sehingga seperti mengalami pengangkatan. (Rovicky, 2010)




                             




Karakteristik endapan bukit gendol tidak menunjukan ciri endapan debris avalanche, yaitu berupa hasil sekotoral gunung apai dalam skala besar, akibat ketidak stabilan gravitasinya. Selain itu Endapan ini juga memkbentu sebaran seperti kipas dan endapan dicirikan oleh morfologi perbukitan di sepanjang jalur longsoran dengan ketinggian yang semakin berkurang menjauhi sumbernya. Di daerah sekitar Gunung Merapi endapan debris avalance ditemukan di lereng bagian selatan, yaitu di Kali Boyong. Namun belum ditemukan di tempat lain. Hasil analisis Karbon menunjukkan bahwa endapan ini berumur 1130 ± 50 tahun (akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10) (Newhall, 2000). Salah satu ciri endapan debris avalanche adalah masih ditemukannya struktur asli batuan sebelum longsor (contoh perlapisan), juga ditemukan struktur jigsaw crack yang merupakan karakteristik khas endapan tersebut. Namun, dari aspek endapan, rekaman sejarah letusan Merapi menunjukkan bahwa endapan yang dihasilkan oleh letusan yang cukup besar dan yang mendekati tahun 1006 adalah letusan plinian yang Struktur perlapisan dalam blok batuan menghasilkan Selo tefra). Berdasarkan penanggalan karbon (14C), endapan tersebut berumur 1112 ± 73 tahun atau tahun 765 - 911. Jadi produk letusan ini berumur lebih tua.(Andreastuti, 1999).

Siklus Merapi Muda dan Tua!

Stratigrafi gunung merapi terdiri dari 2 susunan litologi karena pembentuk litologi daerah ini terdapat 2 gunung api yang berbeda umur dan memiliki magma induk yang berbeda, sehingga dibedakan menjadi :
1.      Volkanik Merapi Tua
Untuk vulkanik merapi tua umurnya diperkirakan Pleistosen atas, litologi penyusunnya adalah breksi aglomerat dan lelehan lava yang termasuk andesit dan basalt, mengandung olivin volkanik Merapi Tua, berumur antara 4400 sampai 2930 tahun yang lalu.
2.      Volkanik Merapi Muda
Vulkanik merapi muda berumur Pleistosen atas, litologi penyusunnya adalah material hasil rombakan endapan Merapi Tua berupa tufa, pasir, breksi dan breksi yang terkonsolidasi lemah.Volkanik Merapi Muda berdasarkan metode C-14 berumur sekitar 1750 sampai 390 tahun yang lalu.




DAFTAR PUSTAKA

Van Bemmelen, R. W., 1970, The Geologi of Indonsia, vol. 1A, General Geologi of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2­nd ed, Martinus Nijhoff, the haque.

Pannekoek, A.J.,1949, Outline of the Geomorphology of Java, reprint from tijdschrift van het Koninklijk Netherlandsch Aardrijkskundig geneootschap, vol. LXVI, part 3, E.J.Brill, Leiden.

Sukandarrumidi. 1978. Bahan Kuliah Lapangan Kulon Progo. Yogyakarta: Teknik Geologi UGM.